Kiko dan adiknya Pius kembali menjalani hari harinya sepulang sekolah dengan melihat perangkap bubu miliknya di kedalaman 10 meter. Kulitnya bertambah legam terbakar matahari, tak menghalangi bersama adiknya mengayuh sampan kecil terombang ambing di laut lepas. Rupanya hari ini ikan enggan masuk ke dalam perangkap bubu bamboo miliknya. “ Ah memang belum waktunnya, mungkin esok atau lusa.”
Mereka adalah anak alam yang percaya bahwa laut Alor akan memberikan nafkah padanya. Alam yang memberi secara adil dan menetapkan hari baik baginya. Kiko menarik nafas dalam dalam di permukaan sebelum menyelam kembali untuk melihat perangkap bubu lainnya, yang tak jauh dari tempat bubu pertamanya.
Masker kayu dengan kaca mata plastik yang sudah berlumut dipinggirnya, menjadi saksi kehidupan anak anak alam pulau Alor. Mereka biasa menyelam sampai kedalaman lima belas meter, sampai sekitar satu menit. Laut adalah segalanya, yang menjaga mereka dan memberikan nafas kehidupan bagi mereka.
Menyenangkan melihat bagaimana masyarakat Pulau Alor memelihara ekosistem kehidupan lautnya. Ketika sebagian orang di pelosok negeri ini melakukan pemboman atau menangkap ikan dengan potas. Mereka justru memungut ikan secukupnya melalui perangkap bubu bambu.
Senyum mereka mengembang menatap kami manusia manusia modern, ketika mereka mengayuh sampan kecilnya kembali ke pantai. Dan hari semakin terik, dari kapal Phinisi saya melihat sebuah persahabatan antara alam dan manusia. Sampai kapankah ini masih bisa bertahan ? untuk saling menjaga tanpa merusak, untuk menerima apa yang alam bisa berikan.
Dunia Laut berisi kumpulan cerita dan foto-foto tentang kekayaan alam hayati lautan Indonesia.
Blog ini dikelola oleh Iman Brotoseno, PADI Dive Instructor.
© Dunia Laut. Design by Muhammad Zamroni.
Brett Sykes
hi
au9tt9wqc5o1de2x
good luck