“ ….Jarak dari teras hotel menuju tepi dermaga laguna hanya sekitar 6 meter, dan saya melihat air laut sebening kaca memantulkan refleksi violet, biru dan magenta dari langit pagi ini Sementara di bibir puncak gunung , masih tampak terlihat bongkahan batu dan tanah tanah hitam sisa sisa erupsi beberapa tahun lalu. Benar benar sebuah pemandangan yang indah dan fantastis ! Dikemudian hari , Des Alwi menjelaskan bahwa karena posisi letak hotel yang tak ada duanya di dunia, tepat di depan laguna dan gunung berapi, membuat Hotel Maulana pernah dikategorikan sebagai salah satu dari 50 hotel terbaik di dunia. Sesekali melintas nelayan dengan perahu kecilnya sambil melambaikan tangannya kepada saya di tepi dermaga. Begitu damainya disini, dan tiba tiba saya sadar bahwa begitu kayanya alam negeri Indonesia ini…”
Akhirnya balasan yang saya tunggu tiba juga, sebuah surat beramplop coklat yang dikirim oleh Des Alwi sendiri. Agak geli juga saya menerima surat itu,betapa tidak di jaman modern yang serba praktis dimana orang bisa berkomunikasi melalui facsimile atau internet, ia masih saja menggunakan jasa kantor pos untuk menyampaikan jawaban atas keinginan saya berkunjung ke Banda Neira.
Sudah sejak lama saya ingin berpetualang di kepulauan eksotik yang pernah didatangi para selebritis dunia seperti Princess of York, Sarah Ferguson sampai Mick Jagger. Rupanya tidak begitu mudah mengatur perjalanan ke Banda, penerbangan dari Ambon hanya dilakukan seminggu sekali dengan pesawat perintis, sementara jadwal kapal Pelni tidak menentu, bisa setiap sepuluh hari atau dua minggu sekali.
Pilihan menggunakan pesawat Merpati dari Ambon juga hampir mustahil, mengingat kapasitas penumpang yang hanya 20 orang dengan beban bagasi terbatas, tak mungkin menerima rombongan kami yang walau berjumlah delapan orang, namun masing masing bisa membawa lebih dari 30 kilogram bagasi. Terutama berisi peralatan menyelam serta perlengkapan kamera video dan photography. Yang melegakan dalam surat itu Des Alwi menyanggupi untuk menyediakan sebuah perahu boat yang akan dicharter untuk membawa kami dari pulau Ambon menuju Banda Neira..
Setelah menempuh penerbangan malam hari dari Jakarta, kami tiba di Ambon pukul 7 pagi dengan perasaan tak sabar untuk bergegas menuju pelabuhan Tuluhatu di teluk Ambon, tempat kapal boat kami bersandar. Memasuki pelabuhan, hati kami semakin berbunga bunga ketika dari kejauhan, terlihat sebuah kapal pesiar besar. Andrias, kawan saya berkata, “ Wah, hebat juga sambutannya, sebuah kapal mewah buat kita “. Ternyata dugaan kami salah, sebuah perahu kayu boat kecil berukuran 2 x 8 meter tepat disebelah kapal pesiar besar itu, yang akan membawa kami menuju ke pulau Banda ! Hati saya agak ciut membayangkan betapa kecilnya benda ini di tengah laut lepas. Apalagi kami akan menyebrangi laut Banda yang terkenal dalam dengan palung palungnya.
Namun melihat Nus, Dive guide kami dari Maluku Divers serta wajah kapten dan anak buah kapal yang tak sedikitpun menyiratkan kekuatiran, membuat kami cukup percaya diri. Bagaimanapun juga ‘ the show must go on ‘, apalagi dalam surat penjelasan Des Alwi mengatakan bahwa bulan bulan baik mengunjungi pulau Banda adalah bulan April – May atau September sampai November, dimana cuaca bersahabat dan laut sangat tenang. Di luar bulan bulan tersebut, musim barat membuat laut Banda menjadi sangat berbahaya untuk diarungi dengan kapal kapal kecil, dan tentu saja ini sudah menjadi pertimbangan mereka dalam mengundang kami di bulan April ini.
Perlahan kapal dengan 2 mesin tempel yang masing masing berkekuatan 115 PK mulai mengarungi laut lepas. Kapal ini terasa sangat sempit dengan jumlah rombongan kami dan barang barang muatan, termasuk tabung tabung penyelaman yang dibawa dari Ambon. Benar saja, laut sangat flat dan tenang membuat kami tak begitu merasakan guncangan gelombang. Setelah diselingi makan siang, beberapa teman mencoba mengurangi kebosanan dengan membaca atau mendengarkan musik Ipod, sementara saya tak terasa jatuh tertidur. Sering kali saya terbangun dan tertidur kembali, namun kita masih saja berada di lautan lepas tanpa ada tanda tanda untuk sampai di tujuan.
Beberapa teman mulai gelisah, dan kami sudah mulai bosan bertanya kepada kapten kapal, berapa lama lagi kita akan tiba. Setelah 7 jam mengarungi laut lepas, terlihat mulai ada burung burung berterbangan, dan itu artinya sudah dekat dengan daratan. Ternyata tak berapa lama terlihat dikejauhan sebuah sosok samar daratan. bersamaan dengan mulai terbenamnya matahari di ufuk barat. Tepat jam 9 malam, setelah mengarungi hampir 9 jam perjalanan, kapal boat kami merapat di dermaga Maulana Hotel, Banda Neira, milik Des Alwi. Hampir seluruh staff hotel menyambut kami di tepi dermaga yang berbatasan langsung dengan serambi hotel. Raymond, putera bungsu Des Alwi dengan ramahnya menyapa dan langsung mengajak kami makan malam yang sudah dipersiapkan untuk rombongan kami. Segala kelelahan akibat lamanya perjalanan tadi seketika sirna dengan situasi akrab yang ditimbulkan oleh Raymond beserta staffnya.
Namun kami tak bisa berlama lama karena harus beristirahat serta menyiapkan perlengkapan selam dan photography buat besok.
Pukul 6 pagi saya sudah terbangun, dengan suara suara burung di luar. Bergegas saya keluar untuk melihat dengan seksama bangunan hotel ini. Sebuah bangunan lama bertingkat sederhana model spanyol, dengan sebuah pohon kenari raksasa di depan serambi hotel, tepat menghadap laguna teluk Banda dan diseberangnya berdiri kokoh sebuah gunung berapi setinggi 1000 meter, yang disebut Gunung Api.
Jarak dari teras hotel menuju tepi dermaga laguna hanya sekitar 6 meter, dan saya melihat air laut sebening kaca memantulkan refleksi violet, biru dan magenta dari langit pagi ini Sementara di bibir puncak gunung , masih tampak terlihat bongkahan batu dan tanah tanah hitam sisa sisa erupsi beberapa tahun lalu. Benar benar sebuah pemandangan yang indah dan fantastis ! Dikemudian hari , Des Alwi menjelaskan bahwa karena posisi letak hotel yang tak ada duanya di dunia, tepat di depan laguna dan gunung berapi, membuat Hotel Maulana pernah dikategorikan sebagai salah satu dari 50 hotel terbaik di dunia. Sesekali melintas nelayan dengan perahu kecilnya sambil melambaikan tangannya kepada saya di tepi dermaga. Begitu damainya disini, dan tiba tiba saya sadar bahwa begitu kayanya alam negeri Indonesia ini.
Hotel Maulana terletak di Naira, di pulau Banda kecil yang pernah menjadi incaran pedagang seluruh dunia abad pertengahan. Kilas balik sejarah menjelaskan ketika armada, conquistador Alfonso de Alburqueque dari Portugis menaklukan Malaka tahun 1511 yang menjadi pusat perdagangan rempah rempah dunia. Ia sudah mempersiapkan ekspedisi besar ke Maluku dan Banda Neira, sebagai pusat produsen rempah rempah dunia. Dengan bantuan penunjuk jalan dari Malaka, armada Portugis bisa mencapai Banda Neira pada tahun 1512 – 1514, sampai akhirnya terusir oleh armada VOC. Berjalan jalan di Banda Neira membangkitkan kenangan akan situasi kehidupan kolonial jaman dahulu. Hampir seluruh rumah rumah atau gedung gedung berarsitektur kolonial terawat dengan baik, dan masih dipakai sampai sekarang.
Sudut sudut kota, jalanan serta bangunan yang ada tetap merefleksikan kehidupan yang sama ratusan tahun yang lalu. Masjid yang dipakai oleh Bung Hatta dan Sutan Sjahrir di masa pembuangan mereka di pulau ini, masih terus dipakai oleh masyarakat sana. Demikian pula gedung atau rumah peninggalan kolonial yang kini dipakai menjadi kantor, sekolahan serta hotel hotel kecil disekitar Banda Neira.
Hari ini kami memulai petualangan penyelaman di salah satu dive spot terbaik di dunia. Kepulauan Banda memang terkenal dengan keindahan hayati alam bawah lautnya serta terumbu karang yang mempesona. Memang, akibat letusan gunung Api telah merusak sebagian sisi terumbu karang Pulau Banda Besar. Namun menurut penilitian dari UNESCO, akibat fenomena ini justru pertumbuhan terumbu karang di tempat ini paling cepat didunia. Jika di tempat lain, terumbu karang bisa membutuhkan waktu puluhan tahun untuk tumbuh dewasa. Di Pulau Banda Besar hanya membutuhkan waktu tidak sampai sepuluh tahun. Menyelam di kepulauan Banda memang menakjubkan, clear visibility bisa sampai mencapai 40 meter saat itu membuat pemandangan alam bawah laut bisa terlihat dengan jelas.
Hampir seluruh area penyelaman di Pulau Banda Besar,Pulau Ai, Pulau Run, Pulau Hatta dan Pulau Sjarir sampai di dermaga Banda Neira memiliki pesona dan keanekaragaman alam bawah laut yang tak mungkin dilihat di tempat lain di dunia. Mata kami benar benar dimanjakan dengan warna warni terumbu karang dan soft coral yang sehat. Belum lagi dengan ikan ikan yang dengan eloknya berkeliling berdekatan tanpa menghiraukan kehadiran kami. Sesekali sekelompok lumba lumba menemani sambil melompat di sisi kapal boat yang membawa kami menuju titik titik penyelaman di kepulauan Banda.
Perjalanan antara titik penyelaman yang satu sama lain, tidak terlalu jauh dan dapat ditempuh antara 30 menit sampai 1,5 jam dengan kapal boat. Istirahat makan siang biasanya kami mencari pantai pantai kosong yang tersebar diseluruh kepulauan, untuk menyantap hidangan rantangan yang kami bawa dari Hotel. Sungguh terasa nikmat duduk menikmati makan siang diatas pasir putih yang lembut sambil menghadap air laut yang jernih. Sesekali kami meminta awak kapal untuk mengambil buah kelapa muda dari pohon pohon kelapa yang ada di tepi pantai. Dalam penyelaman di sekitar Pulau Hatta, kami menemukan hutan sea fans ( seperti kipas cemara ) raksasa yang terhampar di kedalaman 20 meter. Sambil menyetel kamera dan terus mengabadikan tempat ini, tak terasa saya terbawa arus ke kedalaman sekitar 30 meter, dan hampir saja saya menabrak sebuah jelly fish atau ubur ubur raksasa. Secara refleks saya memutar badan dan mulai menjepret dengan kamera Nikon D 70 saya yang dibungkus oleh housing, sebelum mata saya menangkap obyek di kejauhan. Ternyata iring iringan ratusan school of jack fish yang biasa disebut ikan kuwe, yang bergerak elok dalam satu rombongan menuju kedalaman.
Petualangan kami memang terasa lengkap, karena setelah menyelam kami masih bisa berjalan jalan keliling Banda Neira. Ketika berkunjung ke museum budaya, kita membayangkan betapa pentingnya pulau ini , karena dicari cari oleh seluruh armada laut negara negara Eropa untuk menemukan pusat rempah rempah dunia. Disini kita bisa melihat catatan sejarah yang ada. Barang barang peninggalan VOC, serta yang menarik adalah lukisan lukisan mengenai situasi jaman tersebut. Tepat di tengah ruang utama museum, tergantung sebuah lukisan raksasa yang menceritakan pembantaian 44 orang terpandang dari Banda. Mereka biasa disebut dengan orang kaya, dan pada masa itu mereka ditawan oleh VOC lalu dibawa ke benteng Fort Nassau. Kemudian di depan anak istri serta keluarganya, semua orang terkemuka di Banda tersebut dibantai secara kejam oleh algojo algojo Samurai yang disewa dari Jepang !.
Setelah VOC menancapkan kuku monopoli perdagangan, mereka membangun sebuah peradaban baru di Banda Neira yang nantinya akan merupakan blue print pembangunan kota Batavia kelak. Istana Merdeka di Jakarta yang menjadi tempat tinggal Gubernur Jendral Hindia Belanda,mencontoh replika gedung Istana mini yang masih berdiri di Banda Neira. Demikian pula gereja Immanuel di depan stasiun gambir memiliki arsitektur yang sama dengan gereja di sini yang sayangnya telah dirusak oleh massa pengungsi kerusuhan Ambon beberapa waktu yang lalu. Kalau kita memperhatikan sudut sudut kota tua di Jakarta, akan sama juga dengan komposisi sudut bangunan dan jalanan di sana. Saya membayangkan bahwa tempat ini sangat cocok untuk pembuatan syuting syuting film mengenai era kolonial, karena struktur bangunan dan kotanya yang tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.
Kami juga berkunjung ke Benteng VOC, Fort Belgica yang dibangun diatas sebuah bukit, dan bisa ditempuh hanya setengah jam berjalan kaki dari hotel Maulana. Mengagumkan sekali pemilihan letak posisi benteng tersebut, karena dari puncak benteng kita bisa melihat ke arah laut dari segala sisi pulau. Ini memudahkan VOC untuk mengawasi kapal kapal yang keluar masuk Banda pada masa itu. Rumah rumah yang dahulu ditempati Bung Hatta dan Sutan Sjahrir masih terawat dengan baik, berikut dengan barang barang peninggalan mereka. Dari mesin tik yang mereka pakai saat itu, sampai ruangan kelas di belakang rumah, tempat Bung Hatta mengajar terhadap anak anak Banda, yang salah satunya adalah Des Alwi sendiri. Banda Neira memang tak lepas dari sosok Des Alwi, kini berusia 80 tahun, seorang tokoh nasional yang begitu mencintai dan merawat Banda bagaikan anggota keluarganya sendiri. Sosoknya yang dihormati terlihat dari foto fotonya bersama para pemimpin negara, tokoh dunia, negarawan yang terpasang di dinding hotel Maulana.
Ketika akhirnya ia datang menyusul kami di sana, ia sangat bersemangat menceritakan semua yang patut diceritakan tentang Banda. Sepanjang malam, setelah makan malam bersama tamu tamu ‘ bule ‘ lainnya, ia menjadi seorang narasumber mengenai sejarah dan budaya Banda. Di sela sela kegiatan kami disana, sesekali terlihat ia menerima wawancara jurnalis TV dari luar negeri.
Tak terasa sudah hampir seminggu kami berada di Banda Neira, menjelajah alam bawah airnya yang mempesona, serta menikmati sisa sisa kehidupan masa silamnya yang eksotis. Selama ini kami benar benar terputus dari dunia luar. Handphone tidak berfungsi disini, dan hubungan telpon TELKOM hanya bisa diperoleh di hotel atau wartel dekat pelabuhan. Saya juga sama sekali tidak melihat adanya pesawat TV di hotel Maulana atau mungkin juga dirumah rumah disekitar pulau. Esok pagi kami akan kembali menuju Pulau Ambon, dengan kapal kecil sama yang membawa kami kesini. Des Alwi menjelaskan, angin laut akan bertiup ke arah Ambon, sehingga perjalanan kembali akan lebih cepat 2 – 3 jam dibanding saat datang menuju Banda Neira.
Hari terakhir kami menyeberangi pulau menuju perkebunan pala dan kenari. Perjalanan masuk menembus hutan pala sangat mengasyikan, udara segar dan suara burung kakak tua terdengar di kejauhan. Pemandu kami sesekali menunjukan pohon berusia ratusan tahun, yang menjadi saksi sejarah perdagangan rempah rempah. Sore ini kami kembali menyempatkan menyelam di dermaga hotel, yang dipenuhi oleh ikan ikan Mandarin berwarna corak kemerahan. Sementara anak anak Banda Neira tampak riang gembira berenang dan bermain di tepi dermaga, suatu ritual kehidupan yang dialami juga oleh Des Alwi dan teman temannya semasa kecil puluhan tahun yang lalu.. Celoteh riang mereka terus terngiang ngiang kembali ke telinga saya, diatas pesawat terbang yang membawa kami kembali ke Jakarta. Biarlah Banda tetap menjadi apa adanya, sebagaimana mereka masih bisa bertahan selama ratusan tahun.
artikel ini pernah dimuat di Majalah Playboy Indonesia, edisi September 2006
Dunia Laut berisi kumpulan cerita dan foto-foto tentang kekayaan alam hayati lautan Indonesia.
Blog ini dikelola oleh Iman Brotoseno, PADI Dive Instructor.
© Dunia Laut. Design by Muhammad Zamroni.
Alex Budiyanto
Pertamax™
*baca dulu*
Alex Budiyanto
Foto yang paling atas keren banget…
itu ngambil fotonya setengah di air ya mas?
*mupeng*
edratna
Aduhh mas Iman, saya sampai terhenyak membacanya, betapa indahnya dan kata-kata mas Iman, benar-benar seorang ahli yang membawa pembacanya serasa ikut melihat sendiri.
Saat pestablogger 2007, saya pernah mampir di Alun-alun Indonesia…disitu ada buku tentang pemandangan Indonesia, yang nulis orang bule…nanti dibukukan ya mas Iman, benar-benar indah sekali.
bintang
kapan yah bisa jalan2 kesana…anyway, bagus neh mas bikin web tentang laut..jadi kita bisa tau n suatu saat kalo pengen jalan2 ke kita udah punya bayangan tempat mana aja yg bagus…pengen loh suatu saat bisa dive di indo
Fitra
Trip kesini pasti mahal ya? :(….Subhanallah cantik2nya pemadangan bawah laut….terutama ikan yang paling bawah itu….aduhhhh bener2 jatuh hati aku dengan motif badannya…perasaan pernah liat baju PS dengan motif ini….hehehehe
aRuL
wah bandanaira kekaguman akan lautnya luar biasa..
ombaknya di sana ngak gede2 kan?
padahal pengen nyelam tapi renang aja ngak bisa wakakakak 😀
aziz
wah, keren uy… jadi pengen menjelajah nih…
Masenchipz
wah… indah ya dunia bawah laut itu… gw cuma 2kali diving om… di pulau gilitrawangn dulu.. pas jalan2 ama temen sekantor….
marshmallow
selain narasinya bagus, foto-fotonya juga luar biasa, serasa ikut menikmati perjalanan di banda neira.
gak bisa komen deh.
the pictures and the story have spoken for themselves.
Ahmad
Cara melihat yang indah terhadap laut. Mungkin, Banda akan menjadi alternatif dari Bali agar Indonesia tidak hanya dikerangkeng oleh pesona Pulau Dewata.
Mari kita bermain ke sana!
nothing
jadi ingat waktu kecil di bangil pasuruan. slulup/memyelam di kali kedung larangan, kali terbesar yang membelah kota…
eh.. beda ya laut sama kali… 🙂
intinya saya juga senang laut dan pantai. dunia ikan khususnya…
sapimoto
Edan, gambarnya bagus-bagus banget…
Itu ubur-ubur besar sekali, apakah memang segede itu atau karena dipotret dalam jarak dekat?
Rio Wardhanu
Sial..
mimpi ane ke Banda belum terwujud,
eh nih orang udah motret sampe kemana-mana.
Wuih,…
Keren abis!
(*ngiri MODE ON*)
🙁
Ria
Aduh keren banget…..
Impian yang belum terwujud, diving di sana hiks….
Keindahan indonesia memang tidak ada duanya.
Ratna
Blog yang bagus, Mas. Isi dan tampilannya asyik. Banyak fotonya lagi. Jadi jauh lebih informatif.
Keep blogging n our nice ocean!
Maya Halim
Baru tau website ini dr temen. Duuh…. saya jg pengen diving di Banda Neira. Blm kesampean. Blm ngerti juga tuh caranya motret spt yg skin dive itu. Pernah nyoba2 wkt di The Passage, Raja Ampat, gak sukses motretnya, hahaha…
Kyai slamet
Bagus banget!
septians
hi mas iman 🙂
semoga website ini bisa menjadi khazanah dan nuansa baru bagi alam bawah laut indonesia yang menakjubkan
thanks 🙂
regards,
sept
dian
ikuut..ikuuuttt…aduuuuh ngebaca ceritanya, kok aku jd terhanyut ya.
soooooooo blue and clear !
BARRY
Wah kalau ke Indonesia harus ikutan tour langsung dari mas iman nih biar bisa lihat semuanya yang indah 🙂
uwi
mandarin nya uuuyyy… mau saya pigora rasanyaa.. thanks buddy.
christanto
Empat tahun yang lalu,aku adalah dive master di Timu kira kapal milik Grand Komodo Tour.waktu itu kami dari manokwari,raja ampat,dan Bandaneira,hari pertama disana aku berteriak,
keindahan kadang cuma mimpi.
tapi aku lantas terhenyak pada mimpi yang bukan mimpi.
alam dan orangnya,betul,betul tak terlupakan.
Entah, kata tidak akan mampu mewakili.
Cuma sepi yang lantas hujamkan aku pada,Takjub.
Ah betapa bangga aku akan indonesiaku.
mari kita dive di indonsia,atau paling gk keliling indonesia.
Nicky
Chris, bagi ya cerita2 sepanjang perjalanan sewaktu di GK, saya cuma baru sekali ke Banda, emang bagus, hanya saat itu vis di pulau hatta kurang ok, batu kapal juga dihari berikutnya… sewaktu nyampe ok.
Sayang waktu itu nggak sempat turun di dermaga buat lihat mandarin nya,, hehe secara airnya banyak limbah waktu itu..hehe
radiek
Seminggu diving di sana, kira2 berapa dana yg harus saya siapkan > mr. ahmad ?
Best regards
radiek
Atau ada buddy yg tahu ? kira2 berapa ? tks atas infonya..
hazna
Aq orang Banda, tapi sayang sekarang aq lg kuliah di Surabaya jd g bs nikmati keindahan Banda dlu…^_^. Tolong ya… siapa aja yang punya foto2 yang luengkap kap kap Banda, please… aq minta dong.. ke (vertrie@yahoo.co.id)
Thx ya
fauzan
aduh,ternyata gak kalah keren sama rajaampat!!!fauzan,kelas 6 sd muhammadiyah
Jati Kusumowati
Bulan september atau oktober nanti, saya akan mengadakan perjalanan ke Banda Neira untuk menulis sebuah artikel. Bisakah anda membantu saya dengan memberikan alamat des alwi? Akan sangat membantu jika saya dapat berkomunikasi dengan beliau dan mengadalkan wawancara. Terimakasih
Regards,
jati
Iman
Des alwi
Hotel Maulana, Banda Naira – Maluku
telp : 0910 – 21022
fax : 0910 – 21024
dani-kum
very “indah” guys. i will be there.!!!
L. Hanoch
nice .. nice .. nice .. thanks mas Iman ..
Banda Neira .. tempat dimana almarhum mami dilahirkan ..
pulaunya indah .. pulau yg kalau dikelilingi dengan jalan kaki
hanya membutuhkan waktu 2 jam 15 menit ..
i was there on 1995 ..
membaca tulisan mas Iman, rasanya semua pengalaman disana
tergambar jelas di pelupuk mata … terngiang suara anak2
yg menyanyi di sore hari deng suara terbagi …
woowwww .. amazing ..
sekali lagi thanks mas Iman utk tulisannya ..
” inging pulang .. pulang ke ambon sio inging pulang .. pulang ke
ambon ”
christina
Pak Iman,
Adakah alamat rental boat/speed boat menuju Pulau Banda dari Ambon, karena sahabat saya dari Inggris hendak menuju Pulau Banda dan memerlukan transportasi yang cukup baik. Mohon diinformasikan lewat e-mail saya pribadi.
terima kasih
Ona Murdiani
Subhanallah……indahnya pemandangan alam di Kep.Banda….Ya Allah sungguh indah dan sempurna ciptaan-Mu……..Aq pngen ke sana…..i”Allah aq psti bsa pergi ke sana…….AMIN…..
Martha
Pak Iman,
Saya dan teman-teman berencana utk liburan ke Kepulauan banda naire ambon, mungkin Pak Iman bisa kasih rekomendasi utk akomodasi dan transportasi yg bisa saya pergunakan, jika tidak merepotkan mohon diemail informasinya.
Terima Kasih.
mr_ambon
Itulah keadaan sebenarnya Pulau banda di maluku………..!!!!!!!!!!
dalam waktu dekat akan diadakan Sail To banda yang akan dilaksanakan oleh Pemda MALUKU dan akan didatangi oleh Turis mancanegara…………!!!!!!!!!!!!!
febry
jd pengend ke banda lagi nich…..
mau ngikutin sail banda,,, pastinya……… seruuuuuuuuuuu….
verdi
pak Iman kebetulan saya ada rencana untuk ke Banda di bulan oktober, kalau boleh minta tolong infonya mengenai keberangkatan pesawat dari ambon ke bandanaira atau transportasi lainnya yang memungkinkan. trmksh
triady
Memang pulau banda sangat indah, air laut nya yang sangat jernih dan belum tercemar, sungguh sangat menakjubkan…..klo ingin istirahat dengan tenang tanpa kebisingan suara mesin,hening banget,sampai kita berbisik pun terasa berisik….angin yang sejuk, datang aja ke desa lonthoir terdekat …. dan naik ke gunung Apu…waahh indah nya dunia ini….buat yang mau kesana, silahkan dehh…ayo siapa yang mau jalan jalan ke sana bareng bareng ????
triady
kebetulan saya pernah ke sana dan ada teman yang tinggal di banda,di desa yang hening banget,klo ingin ke sana sama sama silahkan….saya sedikit bisa bantu klo ingin ke sana,nanti ke rumah temenku, pokonya ramah banget deh orang nya, malahan saya di tunggu tunggu untuk kedatangan berikutnya….mauuuu ?????? adytrsant@yahoo.co.id
triady
sekalian mampir ke mas iman,biar di ajak keliling sekalian total pulau banda deh …he he he , ayooo buruan…!!
epa
bangga ih punya kampung halaman seindah ini..
hehehhee…
Ona Murdiani
Alhamdulillah,,,,,,,,,,,,,,,,,, Akhirnya aq ke Banda jga,,,,,betul2 surga dunia……Istana mini, Perigi Rante, benteng Belgica n Nassau, Gereja Tua, rmh budaya, rmh bung Hatta n bung Syahrir, smuax akhirnya uda aq dtangi,,,,,yg plg seru n menarik pas jln2 ke lokasi studi,,,Malole Beach d negeri Rajawali, pantai dgn pasir putihx air yg jrnih dan d depanx ada batu kapal n pulau Syahrir (pulau pisang),,,,,,,,,,,,hehehehe,,,,betul2 Surga Dunia,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!!!!
DR. Djafar Albram,SH,.SE,.MM,.MH,. CPM,. M.AP
BANDA NEIRA sampai kapanpun Aku talupa Banda Neira, walaupun saat ini dalam hidupku banyak merantau di Sumatera, Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan Makassar aku selalu mengikuti perkembangan Kota kecil Banda Neira yang indah dan masyarakat yang ramah.Aku pernah menetap dan tinggal di Banda Neira tepatnya di KAMPUNG NEGRE (baca negeri) berdekatan dengan kediaman Alm’ Oom DES ALWI. Waktu itu Ayahku tercinta Alm ALI ALBRAM menjabat sebagai Camat disana, dulu disebut KPS (Kepala Pemerintahan Setempat). Aku menyelesaikan sekolah dasar di SR. Negeri di Kp. Ratu dekat dengan rumah BUNG HATTA, SYAHRIR, CIPTO MANGUNKUSUMO kepala sekolahnya adalah IBU. SAHUREKA, setiap hari kesekolah berjalan kaki melewati kediaman BUNG HATTA jadi aku tau persis letak jalan disana. dari SR pindah ke SMP Negeri Banda Neira. Kepala Sekolahnya Bpk. SAHUREKA . Beliau terkenal galak, saya pernah dirotani (Bhs banda DICAMBOK) karena terlambat datang. Kalau istirahat aku sering makan nasi kuning disebelah kanan sekolah warung IBU HALIMAH, kita panggil namanya MAMLIMA, anaknya bernama PAAT saat itu primadona kembang di Banda Neira. Masih ingat teman sekelas sohib baik aku bernama BENG dia keturunan china Banda dan Aku keturunan Arab sama sama di SMP Banda. Waktu itu belum ada sekolah SMA, atas prakasa ayahku sebagai camat KPS pada waktu itu terbentuklah sekolah Swasta SMEA SIWA LIMA, masih ingat dalam ingatan kami begotong royong dengan teman teman membantu mendirikan SMEA SIWALIMA, tepatnya dekat kantor Camat Banda.Aku adalah alumni pertama lulusan SMEA Siwa Lima bersama teman lain yang masih ku ingat namanya seperti ZAINAB dulu pegawai camat Banda, LA YADI, CORNELIS dan lainnya yang sdh terlupa namanya. kegiatan lain stelah selesai sekolah yaitu mengaji guru ngajinya adalah ABAYE ALATTAS yang pada waktu itu tinggal dibelakang mesjid Kp. Nusantara, anaknya adalah BIB HASAN ALATTAS, aku anggap beliau sebagai orang tua yang dihormati dan saudara dekat, banyak warga keturunan arab yang aku kenal seperi EFFENDI SAHBAN, HAL PUTIH DAN HAL ITAM,KELUARGA BAADILLAH, KELUARGA BAHALOON, KELUARGA ALKATIRI, KELUARGA BACHMID, KELUARGA ASSAGAFF di Kp. Rajawali,keluarga Assagaf gadis gadisnya CANTIK LUAR BIASA seperti orang Turki. Sejak mutasi ayahku kebagai PNS di Kantor Bupati Tual maka kami sekeluarga terdiri dari adik adik saya SAID ALBRAM,EMMA ALBRAM dan DIDI ALBRAM pindah ke Tual. Ditual saya menetap beberapa bulan selanjutanya di Thn 1974 saya Hijrah ke ke Jakarta untuk kuliah dan bekerja. Alhamdulilah setelah sebulan menetap di Jakarta, saya mendapat kesempatan testing pegawai BEA DAN CUKAI di ISTORA SENAYAN dari 15 ribu peserta 700 orang yang lulus termasuk saya alhamdulillah berkat ijazah SMP DAN NASI KUNING MAMLIMA saya jadi PNS BEA CUKAI, sudah hampr 90% persen saya betugas mulai dari Aceh sampai Papua,Atas doa oramg orang tatua di Banda saya disamping kerja dapat menyelesaikan pendidikan SARJANA HUKUM, SARJANA EKONOMI, MAGISTER MANAJEMEN, MAGISTER HUKUM, MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK dan terakhir memperoleh S.3 DOKTOR ILMU HUKUM BISNIS DARI PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) di MEDAN SUMATERA UTARA Kini dengan pengalaman kerja di DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI perjalanan karier yang panjang dan melelahkan selam 36 Tahun saya memilih menetap di Jakarta bersama isteri saya tersayang HJ. ERLY WIRASUBRATA, SH, M.Kn gadis asal BANDUNG PARAHYANGAN yang saat ini berprofesi sebagai PEJABAT PEMBUAT AKTE TANAH NOTARIS PPAT DI JAKARTA . mempunyai dikaruniai dua anak yang cakap dan ganteng karena perpaduan perkawinan darah KEN bapaknya keturunan ARAB BANDA dan KEN keturunan Ibunya BANDUNG YANG ADUHAI GELISNYA. Terima kasih Ya Allah ini merupahkan rahmat dan karunianya yang diberikan kepada saya dan keluarga. kedua anak saya telah tumbuh menjadi anak dewasa dan bertangung jawab dalam hidupnya mereka adalah anak Perempuan tertua REYNALDA DAYANA, SE lulusan UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA saat ini mengambil Fakultas Hukum di UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA JAKARTA, dan anak kedua WIJAYA ADIBRATA, SH lulusan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) Medan. Saat ini diterima sebagai CPNS IMIGRASI di JAKARTA.dari hasil perkawinan anak saya pertama REYNALDA DAYANA dengan kekasihnya DANAN, SH telah dikaruniai saya cucu yang cakap REIZA AJAHRAH. Kepada Isteri dan anak anak saya serta cucuku saya sering beceritra tentang BANDA NEIRA dengan keindahan alamnya serta keramahan masyarakat disana. mereka senang dan menuntut agar saya membawa mereka mau melihat tanah tumpah darah ayahnya pengen makan ikan bakar, colo colo bakasang,dan suami makanan orang buton, mereka ingin benar melihat kota bersejarah dimana dulu Kakeknya pernah menjadi AMBTENAR pada waktu itu, mereka ingin melihat Pulau KARAKA, PANTAI KASTENG, PULAU PISANG, PULAI AY DAN RUM SERTA PULAU HATTA dan lebih utama mereka ingin melihat kediaman Kakek dan Bapaknya di Kampung Negree di Banda dan mau melihat tarian Cakalele dan Arumbai. Memang Banda sangat indah tidak saya lupakan kapanpun. Saya bangga sebagai Pemuda yang berasal dari Banda, saya cinta saudara saudara kita disana, saya rindu budayanya dan saya senang denga lelucon ( FARNEK ) orang Banda yang mebuat saya terhibur dan tertawa, saya rindu jumpa teman lama saya. ingin jumpa dengan MAMLIMA, HAL PUTIH DAN KELUARGA LAINNYA,mudah-mudahan ALLAH SWT panjangkan umur mereka ketika saya dan keluarga napak tilas ke Banda. salam hormat saya Wassalam DR.H. DJAFAR ALBRAM, alamat di Jakarta Jl. HM. Sidik No.1.A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR TLP (021) 861 5088. sampai BAKUTONGKA
kamal
I LIKE BANDA.,.♥♥♥♥♥
djawane.sariman
rasanya ingin pulang sekarang juga begitu saya melihat fotonya banda tana kelahiran ku
djawane.sariman
tolong di promosikan lagi pulau banda ke duni Internasional kerena banda dengan taman lautnya dan sejarahnya patut kita bangakan
Firda
What a wonderful. Keep proud for Indonesia.
Sail Banda akan diadakan setiap tahun? Tolong informasinya dong, mengenai jadwal dan transportasi. Perlengkapan yang perlu dibawa dan kalo bisa kira2 berapa budget dari ambon – banda – ambon. Thanks.
lonelywalks
Terima kasih ceritanya.
Mudah-mudahan suatu hari nanti bisa berkunjung ke Banda Naira
Adhi Yulistianto
hebat…….banget
mohammad yahya mustafa
sangat bagus ceritax dab gambarx, mohon izin salah satu dari fotox akan kami jadikan ilustrasi dalam berita tentang obyek wisata ini yang mengantar dosen unpatti jadi doktor di pps universitas negeri makassar, juni 2012