Menyelam di Sangalaki

Perjalanan menuju Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau di tepi sungai Segah pedalaman Kalimantan Timur dengan pesawat Deraya dari Balikpapan menembus hutan rimba lebat kurang lebih selama satu jam. Kamipun meneruskan perjalanan dengan sebuah boat, menyusuri sungai Segah menuju laut lepas. Hempasan gelombang mulai terasa , beberapa kali kami terguncang guncang di atas boat yang melaju menuju titik 2 derajat lintang utara di Laut Sulawesi., di dekat perbatasan dengan Malaysia. Setelah 3 jam melaju, pada pukul 15.00 WITA, perlahan mulai terlihat gugusan pulau pulau, dan diantaranya Pulau Sangalaki, sebuah pulau tak terlalu luas dan dapat dikellilingi dalam waktu tiga perempat jam.

Esok hari, kami memulai petualangan selam di Pulau Sangalaki dengan mengambil tempat di sekitar Light House terapung, kira kira 100 meter lepas pantai. Kami menilai sebagai check out dive ,hanya untuk memastikan seluruh peralatan diving kami bekerja dengan semestinya. Seperti prosedur penyelaman umumnya, pemandu dive kami memberikan briefing singkat mengenai situasi dan lokasi titik penyelaman, seperti kontur topography, arah arus, jenis biota laut, lama penyelaman, maksimal kedalaman serta beberapa prosedur penyelamatan jika terjadi situasi darurat.

Setelah mengosongkan udara Buoyancy Control Device biasa disingkat BCD, yakni semacam jaket yang memungkinkan kita tenggelam, terapung atau melayang di dalam air, kami mulai menuju kedalaman. Dikedalaman sekitar 20 meter, sedang asyik asyiknya kami memperhatikan cuttle fish, sejenis cumi cumi raksasa, tiba tiba Feby terlihat panik karena primary regulator second stage miliknya lepas dari mulutnya, dan ia meronta ronta mencari cari selang pernafasan tersebut. Posisi saya terlalu jauh untuk bisa mendekati dia, dan Taruli dengan mengayuh kakinya sekuat tenaga, bisa meraih Feby dan membantu mendapatkannya sehingga ia bisa kembali bernafas normal. Dipermukaan wajah Feby masih terlihat pucat. Bersama pacarnya James, ia memang baru saja lulus Open water atau tingkat pertama dalam level penyelam, sehingga kadang kadang masih terlihat panik jika menghadapi suatu problem di bawah air.

Setelah melakukan surface interfal selama 1 jam, kami meneruskan diving disekitar Pulau Sangalaki, dan atraksi kami adalah melihat Manta Ray ( Manta Alfredi ), yang menjadi icon untuk penyelaman di daerah ini. Banyak orang salah mengartikan hewan ini sebagai ikan pari, karena secara bentuk tubuh hampir menyerupai kecuali dua buah sungut di mulutnya berfungsi seperti sayap. Manta Ray ditemui hampir di seluruh perairan tropis.. Benar juga, tak lama kami menyelam, di kedalaman 10 meter, pemandu kami memberi isyarat untuk menunggu sejenak.

Tak lama kemudian sekitar lima ekor beriring iringan menghampiri dari kejauhan, dengan rentang lebar badannya sekitar 5 meter membuat tampak anggun berputar putar di permukaan. Kami tak menyia nyiakan kesempatan ini, dengan mengambil photo dari berbagai angle dari bawah. Kemudian saya naik ke permukaan, berusaha mendekati mereka, karena Manta Ray sejenis mamalia seperti paus atau lumba lumba yang bisa akrab dengan manusia. Mereka tampak asyik saja berputar putar sambil memakan plankton, tak mempedulikan kehadiran kami di sekitarnya.

Selama dua hari, kami menghabiskan waktu di titik titik penyelaman sekitar Pulau Sangalaki,. Baru pada hari ketiga kami berangkat menuju Pulau Kakaban, sekitar 30 menit arah ke timur dari Pulau Sangalaki. Di ujung selatan pulau ini, kami menyelam di titik yang dinamakan Barracuda Point. Sesuai dengan namanya, maka atraksi yang akan kami lihat adalah ikan ikan Barracuda. Lokasi ini adalah wall dive atau dinding yang curam dengan ujung kedalaman yang mungkin bisa sampai 80 meter. Hanya penyelam berpengalaman saja yang bisa turun disini, seperti saya, Nia, Ben, Iacopo, Ricky dan Nancy. Sementara Feby, dan James menyelam di titik lainnya yang tidak terlalu berbahaya bagi penyelam pemula dengan pengawasan Taruli sebagai instruktur mereka.

Perlahan kami menuju kedalaman, dan terlihat seekor penyu hijau bersantai di salah satu ujung dinding Di kedalaman 25 meter kontur dinding jurang berubah menjadi slope atau dataran pasir dan coral yang landai. Saya masih sibuk memasang filter merah pada housing underwater kamera, ketika Nia, rekan saya di kejauhan memberi isyarat untuk melihat ke atas kepala saya. Astaga, antara gugup dan excited, karena posisi filter yang belum sempurna dan tak menyangka bisa melihat ribuan ikan Barracuda, masing masing berukuran satu sampai satu setengah meter, melakukan parade dengan eloknya sambil meliuk-liukkan tubuhnya di arus bawah laut yang cukup keras.

Kami berusaha bertahan diantara arus yang keras sambil melihat rombongan ikan barracuda yang tak menghiraukan kehadiran kami. Ternyata arus yang keras telah menyeret saya dan Nia sampai kedalaman 30 – 33 meter, saya masih sempat melihat Ricky berpegangan dengan sebuah batu karang untuk menahan kerasnya arus yang hendak menyeret kami. Saya lalu mengeluarkan sebuah hook dari kantung BCD, dan saya kaitkan dengan sebuah batu karang, sehingga bisa menahan saya dalam merekam kamera video tanpa harus terpontang panting terseret arus. Jam komputer di pergelangan tangan saya terus berkedip kedip menunjukkan agar saya secara segera naik ke permukaan. Sambil melirik pada indikator oksigen di pressure gauge yang semakin cepat berkurang, saya melepaskan pengait saya dan perlahan naik ke permukaan yang lebih rendah. Rombongan kami sudah tercerai berai karena arus, hanya saya dan Nia yang tetap bersama Memang dalam standard penyelaman rekreasional, buddy system atau tetap berpasangan dengan teman,merupakan antisipasi jika timbul keadaan darurat yang tak mungkin dihadapi sendiri. Di kedalaman 5 meter, kami melakukan safety stop selama 3 – 5 menit, suatu prosedur penyelaman setelah melakukan deep dive, untuk melepaskan nitrogen yang masih tersimpan di tubuh kita.

Hari terakhir , setelah makan malam saya kembali ke pondokan, untuk mengepak barang barang, dan di tengah sepinya suasana saya mendengar suara sibakan pasir di bawah tangga pondokan. Tampak seekor penyu sedang berusaha menggali lubang untuk telurnya. Sepasang mata bulat yang hijau berair menatap dalam ke arah saya . Malam itu Sangalaki bertambah senyap ketika para petugas mematikan lampu lampu beranda pondokan. Mungkin hanya waktu yang akan menjelaskan, sampai kapan kesunyian di Sangalaki akan bertahan.

Artikel ini pernah diterbitkan di Majalah Male Emporium, Edisi April 2006

Share

  1. 0
    14 October 2008 11:06:16

    rintjez

    Mas, ada foto stingless jelly fish..tapi sempet ga nyelem di danaunya?
    Saya rada penasaran….

  2. 0
    14 October 2008 11:14:11

    iman brotoseno

    rintjez,
    itu di atas foto jelly fishnya di danau kakaban.. ya kita tidak menyelam, hanya snorkeling dan skin dive saja, karena visibilitinya keruh dan nothing to see disana..

  3. 0
    14 October 2008 12:54:08

    lope

    wow..manta ray!, saya dive di Pulau Sipadan, tidak ketemu manta ray, hanya penyu sahaja, wahh sangalaki sungguh menjanjikan.

  4. 0
    16 October 2008 02:50:36

    Epat

    derawan, sangalaki, maratua… memang mengagumkan. saya pernah kesana

  5. 0
    27 October 2008 22:00:42

    Ria

    Derawan, sangalaki, semama, dan maratua memang the best deh……. masih kurang puas nih pengen kesana lagi…..

  6. 0
    31 October 2008 17:02:04

    uwi

    danau haji buang di maratua ragam jelly fish nya lebih gampang di temui.

  7. 0
    4 November 2008 00:29:24

    Steven

    “Kemudian saya naik ke permukaan, berusaha mendekati mereka, karena Manta Ray sejenis mamalia seperti paus atau lumba lumba yang bisa akrab dengan manusia.”
    Sptnya Manta itu bukan mamalia deh. Masih keluarga dekat dgn hiu dan pari dan sejenis ikan. CMIIW.

  8. 0
    3 January 2009 15:55:32

    Seggaf

    lain kali kalau mo kesini, contact2 aja, oom … sy blogger yg tinggal di Tanjung Selor, Kab. Bulungan. sekitar 2 jam dr Berau …

  9. 0
    20 March 2009 20:43:10

    fauzan

    i’m jellyfish&stingray lover!!!!!
    fauzan,kelas 6 sd muhammadiyah

Latest

About

Dunia Laut berisi kumpulan cerita dan foto-foto tentang kekayaan alam hayati lautan Indonesia.

Blog ini dikelola oleh Iman Brotoseno, PADI Dive Instructor.

© Dunia Laut. Design by Muhammad Zamroni.