“ Belum berapa lama kami menyelam, kira kira di kedalaman 15 meter kami sudah melihat sekumpulan ikan ikan tuna yang jumlahnya ratusan berputar putar mengikuti irama arus. Mereka sangat elegan, tenang dan tampak jinak sekali. School of tuna – sekawanan ikan ikan tuna – ini Nampak jelas, dan bersahabat dengan para penyelam. Mereka mengelilingi kami, dan membiarkan kami memotret dengan sepuas puasnya “
Kali ini untuk kesekian kalinya kami menjejaki pulau dewata, Bali yang tersohor ke seantero penjuru dunia. Bali juga termasuk salah satu destinasi selam favorit di Indonesia. Ada beberapa tempat seperti Nusa Penida di selatan, Pulau Menjangan di utara, dan yang paling utama di kawasan timur, mulai dari Candi Dasa sampai Tulamben.
Setelah menumpang pesawat Garuda penerbangan malam, kami tiba pukul 7 waktu Indonesa Tengah. Bergegas kami langsung naik ke mobil yang menjemput untuk langsung menuju arah Bali timur. Ya, Tulamben adalah tujuan kami kali ini. Kurang lebih 3 jam perjalanan, melalui Candi Dasa, Karangasem.
Setelah melalui Candi Dasa, jalanan mulai berkelok kelok dan menaiki ketinggian. Karena malam, kami tidak bisa melihat hamparan sawah sawah dan tebing di bawah jalan. Tulamben, sebuah desa pinggir laut yang terletak di kawasan kaki Gunung Agung.
Bau air laut sudah menyambut ketika kami tiba di Hotel Paradise, sebuah hotel kecil tepat di selat Lombok. Saya memutuskan melewatkan makan malam, karena masih kenyang dan terlalu lelah. Tidur adalah pilihan terbaik karena pagi pagi jam 7 kami sudah akan menyelam.
Semburat matahari belum sepenuhnya menampakan diri, ketika wajah wajah porter pengangkut tabung selam sudah berdatangan di pojok Paradise. Dingin sisa embun semalam masih saja bercampur udara basah pagi ini. Tulamben masih saja lelap disana sini.
Udara bersih, dan di kejauhan tampak Gunung Agung berdiri dengan gagahnya. Orang mungkin tak akan pernah lupa letusannya yang dasyat pada tahun 1963. Ribuan kubik lava dan batu batuan dimuntahkan ke sekelilingnya. Ini membuat pantai sekitar tulamben memiliki karakteristik berbeda dengan pantai pantai lainnya di pulau Bali.
Pantainya dipenuhi oleh batu batuan dan pasir lautnya hitam karena bercampur pasir lava. Terletak di sebuah teluk kecil utara timur Bali, di selat Lombok yang kaya dengan plankton yang mengalir dari pacific menuju samudera hindia.
Karena jenis site ini merupakan shore dive, yang artinya bisa menyelam langsung dari pinggir pantai, maka membutuhkan perjuangan bagi penyelam untuk berjalan dari tempat dangkal menuju tempat yang dalam.
Jika ombak cukup besar, sering kali menghempaskan badan kembali ke tempat dangkal.
Tak ada yang lebih menarik daripada menyelam pagi pagi sekali. Konon ikan ikan lebih atraktif dan air masih jernih. Termangu mangu seorang lelaki tua duduk di bawah pohon menatap kami. Apa yang dicari, pikirnya. “ Silence in the deep “ saya bergumam membaca jalan pikirannya.
Bunyi gelembung sayup sayup membisikan kata rindu di kedalaman. Perlahan menuju ke 25 meter. Liberty Wreck. Sebuah kapal perang jenis kargo milik Amerika, USS Liberty yang tersungkur di kedalaman laut Tulamben.
Kapal perang ini tadinya kandas di dekat kawasan pantai, setelah terkena torpedo kapal selam Jepang pada Perang Dunia II. Ia karam di pantai tulamben namun ia didesak batuan batuan dan muntahan lahar letusan Gunung Agung 45 tahun lalu, sehingga bergeser lebih dalam.
Kapal ini terletak sekitar 30 meter sejajar dari bibir pantai, dan sisi paling atas – haluan kapal ini – sudah kelihatan di kedalaman 10 meter. Bagian tengahnya – lambung – dikedalaman 16 – 20 meter. Lalu bagian belakangnya menyentuh kedalaman sampai 20 -28 meter. Lambung tengahnya terbelah dua. Kapal perang yang panjangnya 120 meter adalah icon dari obyek penyelaman di Tulamben yang terkenal di seluruh dunia. Banyak penyelam mancanegara dan local yang menghabiskan waktunya di sini.
Jika musim liburan, Tulamben sudah seperti kuta di dasar laut. Begitu banyak penyelam yang hilir mudik disini. Ini karena lokasinya mudah didatangi dan tak terlalu jauh dari kawasan wisata lainnya.
Belum berapa lama kami menyelam, kira kira di kedalaman 15 meter kami sudah melihat sekumpulan ikan ikan kuwe ( school of big eye travelly ) yang jumlahnya ratusan berputar putar mengikuti irama arus. Mereka sangat elegan, tenang dan tampak jinak sekali. Kawanan ikan ikan nampak bersahabat dengan para penyelam. Mereka mengelilingi kami, dan membiarkan kami mendekati tanpa rasa takut.
Ikan ikan ini adalah atraksi utama di Tulamben. Sudah sekian lama mereka disana dan ajaibnya tak pernah pergi kemana mana.
Ini adalah perburuan memotret yang tak mungkin dilewatkan. Saya sudah mempersiapkan lensa wide Nikon 10,5mm dan rentang lebar strobe DS 125 di kiri dan kanan housing kamera.
Perlahan saya mendekati ikan ikan itu sambil mengatur setting kamera manual. Seperti yang pernah saya kemukakan sebelumnya. Jika kondisi laut yang tenang dan arus tidak kencang, saya cenderung memakai setting manual. Disini saya bisa bermain main dengan teknik pemotretan dengan f- stop dan speed yang berbeda. Juga teknik bracketing.
Hal yang membuat Tulamben menjadi spesial adalah arus lautnya cenderung tenang sepanjang tahun. Wajar , jika tempat ini menjadi lokasi diving yang ‘ relax dan santai santai ‘. Sangat nyaman dan comfortable untuk penyelam pemula sekalipun.
Umumnya saya memakai rentang speed dari 1/80 sampai 1/125 dan f- stop antara 11 sampai 14, ditambah dengan full power cahaya lighting strobe. Ini karena lensa lebar membutuhkan bidang luas untuk pencahayaan.
Dengan obyek sekumpulan ikan ikan yang sudah pasti menarik, akan lebih menarik dengan menambahkan point of interest lainnya, yakni penyelam. Jadi saya selalu menunggu momen dimana ada penyelam lain didekat ikan ikan tersebut.
Saya juga cenderung mengambil angle dari bawah ke atas. Look to the up. Jika memotret bawah laut. Ini sesuai dengan prinsip photography menggabungkan antara available light ( cahaya matahari di permukaan ) dengan flash. Bagaimanapun juga, ruang bidik yang lebar membutuhkan tambahan cahaya yang tak mungkin dipenuhi dari strobe flash kita.
Setelah puas memotret ikan ikan yang bermanuver, saya masuk menuju lambung kapal yang pecah. Hampir sebagian besar body kapal sudah ditutupi oleh anemone, gorgoian dan koral.
Dengan dominannya pasir hitam, justru memberi kontrast yang tajam sehingga membuat warna warna lebih keluar dari koral, terumbu karang dan obyek lainnya .
Di Tulamben kami bisa sampai 3 atau 4 kali melakukan penyelaman. Setelah makan pagi dan melakukan surface interval di restaurant tepat di pinggir pantai. Kami kembali menyelam. Saya juga memasang lensa Nikon 12 – 24 mm untuk mencoba beberapa teknik pemotretan yang tidak terlalu lebar ruang bidiknya.
Dari arah reruntuhan kapal perang tersebut , kami bergerak menyelam menuju barat ke arah tepat di depan hotel. Paradise Reef begitu orang menyebutnya.
Berbeda dengan topografi di sekitar wreck yang berpasir dengan obyek kapal perang. Di kawasan Paradide reef, topografi mulai bervariasi antara pasir dan terumbu karang, seperti table coral. Tampak ikan sweet lips dengan corak kuning bergaris bergerak perlahan di atas koral.
Disini juga ada beberapa artificial reef, yakni rangka baja bermodelkan pesawat dan meja makan lengkap dengan poci keramik diatasnya. Ini memang dirancang untuk seperti taman bermain.di darat.
Beberapa teman penyelam menghabiskan waktu bermain main disini. Menyelam di area ini tak perlu dalam dalam. Maksimal pada kedalaman 12 meter saja.
Tulamben memang tipikal daerah wisata Bali pada umumnya, walau hanya didatangi penyelam. Kawasan ini dijumpai berderet hotel hotel dari kelas bintang empat sampai losmen disepanjang pantai. Hotel hotel besar umumnya memiliki dive centre dan menyediakan paket penyelaman. Ini belum termasuk dive centre kecil milik penduduk local yang bertebaran di sana.
Tulamben tak hanya memamerkan shore dive. Bagi yang menyukai petualangan wall, dinding karang yang menawarkan topografi berbeda.
Site ini terletak di sisi yang berlawanan dari lokasi USS Liberty wreck. Kami menyelam melalui pantai, dimulai dari ceruk pasir yang menurun yang banyak ditemui nudibranch, kuda laut atau udang. Di tempat ini banyak kemungkinan kita memotret makro, untuk mendapati mahluk mahluk kecil yang menakjubkan.
Dinding karang ini vertical dari 15 meter sampai di kedalaman 60 meter. Hampir seluruh dinding dipenuhi oleh terumbu karang seperti sponges, coral bushes, gorgonian fans dan beraneka ragam mahluk hayati lainnya.
Kehidupan ikan ikan disini kurang lebih sama dengan apa yang kita jumpai di sekitar wreck, hanya saja lebih banyak variasi seperti Napoleon Wrasse, Parrot fish bahkan hiu jika kita beruntung.
Salah satu sisi paling atas dari dinding, sekitar kedalaman 5 meter, biasanya menjadi tempat favourit bagi snorkeler, yang hanya ingin bersnorkling di permukaan air. Aquarium section begitu kami menyebutnya.
Tak diduga ketika kembali menuju pantai, kami melihat lagi sekelompok ikan ikan yellow line fusilier bermanuver, berputar putar di depan pantai di kedalaman 2 – 3 meter. Indah sekali komposisi rombongan ikan ikan itu diatas batu batu pantai dan pendar cahaya matahari di permukaan.
Tulamben memang selalu mempesona. Saya tak pernah bosan bosan menyelam disini. Hari ini saya teringat beberapa tahun yang lalu di sini. Ketika air laut dan cinta menyatukan pikiran dan gelora. Dia yang menatapku dalam, sedalam laut yang kita jalani.
Tulamben. Siapa yang bisa menyangsikan kenangan itu. Saat masa silam membungkus pesona. Saat ikan ikan kuwe melakukan parade. Ah, semestinya saya kembali ke Tulamben. Siapa tahu cinta itu masih ada di sana.
Tips Menuju Tulamben.
1. Tulamben terletak di kaki Gunung Agung, setelah melewati Candi dasa, Karang Asem, jika kita berjalan dari arah Kuta. Hanya berjarak 2 – 3 jam perjalanan dari Kuta sehingga setelah menyelam, bisa kembali ke Kuta pada sore harinya.
2. Banyak pilihan hotel dari berbintang sampai losmen losmen sebagaimana kawasan wisata Bali.
3. Arus dan cuaca cenderung bersahabat di sini, sehingga Tulamben banyak dikunjungi oleh wisatawan selam. Namun sebaiknya menghindari musim hujan, karena lokasi Tulamben yang tepat dibibir pantai memiliki kelemahan, yakni sedimen kotoran dan lumpur yang terbawa dari sungai karena hujan. Ini mengakibatkan jarak pandang atau visibility cenderung tidak maksimal.
4. Melakukan reservasi hotel pada musim musim liburan, jika ingin menginap di kawasan ini.
Dunia Laut berisi kumpulan cerita dan foto-foto tentang kekayaan alam hayati lautan Indonesia.
Blog ini dikelola oleh Iman Brotoseno, PADI Dive Instructor.
© Dunia Laut. Design by Muhammad Zamroni.
fahmi!
nampak menarik sekali! aku belom pernah moto2 di bawah permukaan air. kapan2 aku perlu moto sambil nyelam. thx 4 sharing 🙂
fahmi!
btw ikan2 itu apa nggak kaget ya kena flash?
leni
menarik sekali websitenya!
ingin sekali2x coba untuk diving hehe
🙂
Putra A
Hebat, aku juga pernah menyelam di sana. pemandangan yang lebih indah ada di dalam kapal yang karam di atas palung. latih adrenalinmu di sana!
Ray
Kita harus menjaga kelestarian alam bawah laut kita agar wisatawan masih tetap berkunjung, kalau tidak, mereka akan beralih ke destinasi lainnya .. / dijual villa di Bali
Arya
Tulamben keren juga ya, ga kalah sama nusa lembongan.. / dijual tanah di Bali
furniture made indonesian fishing boats
I am now not positive where you are getting your
information, however great topic. I must spend some time learning much more or understanding more.
Thanks for fantastic info I was searching for this info
for my mission.