Ambon Manise

Mengapa Ambon ?
Begitu banyak species dari hayati bawah laut di kawasan Maluku yang sampai sekarang para expert peneliti belum bisa memastikan jumlahnya. Total catatan yang diketahui ada lebih dari 3000 species ikan dan ratusan jenis terumbu karang. Sebagai perbandingan, di kawasan tersehat Karibia saja, hanya memiliki 10 sampai 20 persen keanekaragaman species jika disandingkan dengan apa yang dimiliki Maluku.

Sisa sisa puing bekas kerusuhan masih tampak disana sini. Bangunan terbengkalai dan reruntuhan bekas rumah terbakar menjadi pemandangan biasa dari bandara Patimura menuju pantai Latuhalat di tenggara Pulau Ambon, Maluku.
Kengerian bekas kerusuhan beberapa tahun lalu meninggalkan bekas trauma yang dalam bagi warga Ambon. Kini perlahan, industri pariwisata yang sempat terpuruk ditinggalkan pelancong, kini mulai menggeliat lagi. Termasuk wisata bahari.

Sejak dulu Pulau Ambon sudah terkenal dengan taman lautnya. Ini masuk akal karena topografi pulau pulau mulai dari rangkaian Halmahera di utara menyambung ke Ambon, Buru, Seram, Banda sampai Tanimbar dan Key di ujung Laut Arafura. Belum pulau pulau kecil yang berserakan diantara pulau pulau besar tadi.

Kepulauan Maluku sudah menjadi pencaharian bangsa Eropa sejak abad pertengahan. Armada Portugis – berbekal penunjuk jalan asal Malaka – telah mendarat di kepulauan ini tahun 1512, untuk mencari pulau penghasil rempah rempah.
Hampir tak mungkin menjelajahi seluruh Maluku dalam seminggu. Sehingga saya bersama rombongan penyelam dari Jakarta memutuskan hanya berkonsentrasi di Pulau Ambon dan beberapa pulau kecil disekitarnya.
Mengapa Ambon ?

Begitu banyak species dari hayati bawah laut di kawasan Maluku yang sampai sekarang para expert peneliti belum bisa memastikan jumlahnya. Total catatan yang diketahui ada lebih dari 3000 species ikan dan ratusan jenis terumbu karang. Sebagai perbandingan, di kawasan tersehat Karibia saja, hanya memiliki 10 sampai 20 persen keanekaragaman species jika disandingkan dengan apa yang dimiliki Maluku.

Kami menginap disebuah dive centre yang dikelola oleh seorang berkebangsaan Amerika di pantai Latuhalat. Dari sini kami akan menuju titik titik penyelaman di sekitar Pulau Ambon.
Dive centre ini merupakan sebuah rumah yang berada di ditengah tengah pemukiman penduduk dan tepat di depan pantai yang berpasir putih. Sungguh sebuah pemandangan yang indah. Dive centre ini juga memberikan kontribusi ekonomi terhadap penduduk sekitarnya dengan menjadi porter, dive guide, juru boat sampai tukang masak untuk segala keperluan kami disini.

Seperti pada umumnya , kepulauan di kawasan Indonesia timur yang merupakan surga wisata bahari. Ambon memiliki lebih banyak banyak pantai daripada daratannya. Ini sangat menarik bagi penjelajah selam seperti saya. Terumbu karangnya masih dalam keadaan sehat dan terawat.

Pintu Kota adalah sebuah dive site yang paling terkenal di kawasan Pulau Ambon. Ditempuh hampir 45 menit menggunakan boat dari dive centre. Disebut Pintu Kota karena, ada sebuah landmark berbentuk gua terowongan – menyerupai pintu – di tebing tebing pinggir pantai.

Umumnya arus agak kencang disini, sehingga Nus, dive guide kami sudah wanti wanti sebelumnya agar memakai tehnik straight to deep. Ini disebabkan kalau para penyelam terlalu lama mengapung akan terseret arus permukaan yang cukup kencang.

Ini tidak salah, arus cukup kencang sehingga kami harus berusaha keras mengayuh kaki agar bisa menuju titik sasaran. Setelah 5 menit, arus agak berkurang dan kami tiba di sebuah terowongan yang sangat luas. Saya melihat jam komputer. 25 meter dalamnya. Secara otomatis saya merubah setting White Balance di temperatur Kalvin 5300 agar timbul unsur hangat di gambar.

Untuk penyelaman laut dalam, saya hampir tidak pernah menset White Balance di Auto. Ini disebabkan spectrum warna yang tersisa di kedalaman 20 meter kebawah, hanya tinggal biru dan kehijauan saja. Tentu saja kamera akan menangkap warna warna ini sebagai warna dominan yang cenderung dingin.
Walau hal ini bisa disiasati dengan teknik olah digital – auto level – di software komputer. Saya tetap percaya, photography yang baik selalu berasal dari basic foto yang telah kita rancang sebelumnya.

Topografi site di Pintu Kota ini berbentuk sebuah terowongan yang menghubungkan antara sisi luar dengan sebuah jurang dalam di ujungnya.
Pameo No current No life memang terbukti. Arus yang kencang tadi membawa plankton plankton yang digemari ikan ikan. Sekumpulan ikan ikan snapper , sweet lips sampai trigger fish meliuk liuk. Ketika saya dekati mereka berhamburan menjauh.

 

Saya mengatur bukaan f stop 14 untuk bisa mendapatkan bidang lebar di background terowongan. Dengan lensa 10,5mm Nikon, saya juga menyetel kedua strobe dikiri kanan kamera. Full Power. Sebuah taman bawah laut yang menakjubkan. Beberapa sea fans serta terumbu karang yang sehat menghiasai pemandangan bawah laut ini.

Dari Pintu kota – setelah surface interfal – kami menuju Hukurilla Cave. Site ini dapat ditandai dengan dua buah batu karang yang mencuat di permukaan, dan membawa ke sebuah lubang yang dipenuhi oleh sponge dan terumbu karang. Sempat terlihat segerombolan – school of tuna – ikan tuna yang kemudian menghilang di kedalaman laut.
Gua bawah laut ini, tidak terlalu luas tapi membuat kesan spooky di dalamnya. Sungguh beruntung hari ini visibility sangat jernih sehingga membuat pemotretan sangat menyenangkan.

Kami sempat melakukan makan siang disebuah pantai yang terpencil dan bersih. Pantai Kilang, begitu awak kapal boat kami menyebutnya. Tak ada yang lebih nikmat makan siang dengan hidangan penutup buah kelapa yang dipetik langsung dari pohon pohon di sekeliling kami. Gratis.

Hari selanjutnya kami menuju pulau pulau di selatan Pulau Ambon. Pulau Saparua, Nusa Laut, Molana di tepi laut Banda. Perjalanan ini ditempuh kira kira 2 jam perjalanan dengan boat.
Di Pulau Saparua, kami terpaksa menginap di sebuah penginapan yang sangat sederhana, dengan kasur bulukan dan lampu temaram 25 watt. Ini karena satu satunya hotel di pulau ini sudah dipakai oleh rombongan turis Belanda yang datang bersamaan dengan kunjungan rombongan kami.
Nusa Laut sangat terkenal terumbu karangnya yang indah. Ini merupakan taman laut yang dikelola oleh masyarakat adat setempat.

Kami menyempatkan bersandar di pulau Nusa Laut untuk membayar uang ijin menyelam kepada penjaga pulau.
Sementara pulau Molana, tempat kami beristirahat untuk makan siang, merupakan pulau yang menawan dengan pasir putihnya yang lembut terhampar luas. Memandang alam ini membuat kita sadar bahwa begitu indahnya negeri Indonesia ini.

Menyelam di kawasan ini juga terdapat banyak nudibranch yang berwarna warni, sehingga pada penyelaman selanjutnya saya memutuskan mengganti lensa makro. Pilihan saya tak salah. Seekor udang jenis species periclimenes, merayap keluar bubble coral, menjadi obyek yang cukup menantang. Udang ini memiliki karakteristik tubuh transparan – fluorecent – dan panjangnya tak lebih dari 2 cm.
Ternyata ada jenis udang periclemenes yang berwarna merah merayap diatas sebuah hard coral. Saya sempat menangkap dengan kamera sebelum ia menghilang.

Menjelajahi Ambon tidak cukup hanya di bagian selatan. Masih banyak pulau puau di bagian utara yang menarik. Walau tidak sampai Pulau Seram, karena terlalu jauh. Kami menyusuri bagian terdekat ujung pulau Seram sampai pulau Tiga. Sebuah pulau kecil yang menakjubkan.

Menyelam di sini seperti menyelam di pasar ikan bawah laut. Sepanjang mata memandang, rombongan ikan, school of Triggerfish seperti kita memasuki gua yang penuh dengan kelelawar. Selain itu dijumpai Napoleon Wrasses, yang menjadi komoditi ekspor mahal untuk konsumsi makanan laut di Hongkong.
Dalam beberapa penyelaman disini, dari jauh kami juga menemukan sekelompok lumba lumba. Agak kurang beruntung saya tidak bisa mendekati untuk memotretnya karena mereka langsung menghindar.

Pada faktanya Ambon memang memiliki taman laut yang indah. Hampir setiap penyelaman kami menemukan berbagai jenis sea fans, sea anemones, sponges dan berbagai macam soft dan hard corals. Seperti sebuah site ujung utara pulau Ambon, Tanjung Setan. Sponge raksasa yang dipenuhi dengan featherstars dalam berbagai warna mencolok. Coral jenis sponge merupakan tempat sumber makanan bagi nudibranch, demikian pula anemones merupakan rumah rumah yang nyaman bagi ikan ikan nemo.

Bagi pencinta makro photography. Menyelam di pelabuhan Laha, merupakan keharusan. Saya mungkin bisa membandingkan potensi muck dive – menyelam khusus untuk menemukan mahluk mahluk kecil – di Laha hampir setara dengan Selat Lembeh di Bitung, Sulawesi Utara yang terkenal di seluruh dunia sebagai surga muck dive.
Sebagaimana umumnya penyelaman muck dive, yang tak pernah melebihi kedalaman 10 meter, cenderung low visibility, kotor dan tak ada terumbu karangnya. Justru disana menyimpan misteri dan keajaiban mahluk laut, little critter jarang terekspos.

Untuk penyelaman ini saya mengusung dua kamera sekaligus. Salah satunya saya titipkan dengan dive guide saya untuk membawanya. Masing masing kamera dengan lensa makro yang berbeda, 60mm dan 105mm.
Keunggulan muck dive adalah hampir tidak pernah ditemui arus kencang sebagaimana di laut lepas. Ini karena shallow dan hanya diperairan dangkal. Sehingga memberikan kesempatan kepada photografer untuk bisa melakukan eksperimen seperti bracketing atau mencoba sudut angle cahaya strobe.
Disini banyak dijumpai aneka ragam scorpion fish. Berwajah seperti monster, tak begerak badannya diterpa cahaya strobe.

Walau ikan jenis ini tak pernah menyerang, namun kadang kala duri durinya mengandung racun yang bisa membuat badan bengkak dan panas. Ada beberapa jenis scorpion fish yang susah diindentifikasikan karena bentuknya yang hampir mirip – camouflage – dengan karang karang dan lingkungan sekitarnya.

Sesekali terlihat moray eel melongokkan kepalanya disela sela batu dan lubang dengan mulut yang menganga menunggu mangsa. Saya tak berlama lama karena dive guide saya memberi tanda, bahwa ia menemukan seekor hairy crab – kepiting berambut – yang sangat kecil. Memang dalam penyelaman di sebuah tempat yang asing, kita membutuhkan mata jeli penyelam local yang sudah terbiasa dengan karakteristik setempat.

Tak terasa hampir seminggu kami menjelajahi seluruh pulau Ambon dan beberapa pulau pulau disekitarnya. Masih banyak pelosok di kepulauan Maluku yang masih belum kami kunjungi.
Malam terakhir kami di Ambon, sambil memandang terang bulan di tepi pantai, kami bernyanyi bersama dengan para penduduk dan pegawai dive centre. Maluku memang terlalu cantik untuk diabaikan begitu saja. . Suatu saat saya pasti kembali

Waktu hujan sore-sore
Kulat sambar pohon kenari
Ejojaro deng mongare
Mari dansa dan menari

Share

  1. 0
    9 May 2009 06:31:57

    fahmi!

    eee … sayang sekali dive centre di indonesia kok dikelola orang amerika ya.

  2. 0
    9 May 2009 09:58:55

    kunthi

    Ambon memang selalu jadi tempat diving favorit saya, jadi pengen ke Ambon lagi, dulu Nus itu kerja utk Blue Rose, jadi sekarang kerja utk org amerika yaa?? salam buat Nus yaa…

  3. 0
    13 May 2009 10:47:19

    Iman Brotoseno

    Kunthi,
    Ini sewaktu Nua masih di Maluku Dives..sekarang memang Nus di Blue Rose kok..

  4. 0
    26 May 2009 15:42:01

    Buce P

    di Ambon ada tempat sewa alat diving ga. kali aja beta ada waktu pulang. kegiatan yg pertama dilakukan yaaaah nyelam dulu. pastiii !

  5. 0
    28 June 2009 00:22:40

    Prawiranegara

    Ambon Manise : so many places to visit, so many things to do, so many things to eat.

    Tiap jalan2 ke Ambon, selalu kerasa kurang waktunya. sempet snorkeling di Hukurila, dan Pulau Pombo, diving di Hila di utara pulau, swimming di Natsepa, Alang & Liang, ngunjungi Pintu Kota,trus benteng amsterdam + mesjid tertua, bermain dgn Belut Raksasa di Waai, berendam kolam air panas, pesta rujak+seafood+duren,dll.

    Kesimpulan : i’ll be back!

  6. 0
    2 October 2009 09:04:06

    Lombok Travelnet

    Mohon referensi Biro Perjalanan Wisata yang ada di AMBON Manise.

  7. 0
    21 October 2009 11:27:09

    XYZ JGJA

    Subhanallah,,,,keren banged

  8. 0
    5 March 2010 19:28:04

    pUtRi

    GiLA…
    kReN eA….
    cOOOL dH….

  9. 0
    29 April 2010 19:16:30

    rena

    Hallo Iman, bulan Agustus saya akan pergi ke Ambon, apakah saya bisa mendapatkan informasi mengenai Ambon?

  10. 0
    3 May 2010 08:40:19

    Justus

    Hallo bang… Terima kasih atas dukungannya mempromosikan Maluku khususnya Ambon. Saya usul k Abang…. bisakah dokumen ini abang sampaikan sebagai promosi unutk mendukung Maluku pada kegiatan SAIL BANDA 2010.

    Aku bangga dengan Maluku…. tetapi bersyukur karena ada orang yang mau mempromosikan Maluku….. Bravo Maluku sukses SAIL BANDA 2010.

  11. 0
    14 October 2010 10:26:20

    kaka

    tuhan alah eeeeee kapan lai katong bale di tanah air beta ambon manise beta su rindu mo plng ke ambon sio pela gandong kekayaan alam terindah di dunia ada di ambon manise

  12. 0
    10 December 2010 18:22:50

    nicowijaya

    yakampoon keren-keren maas!
    btw, saya juga mas, suatu saat kembali ke maluku…

    *terngingang nyanyian penyanyi ambon di kapal cepat Seram-Ambon*

  13. 0
    10 December 2010 18:29:39

    tuteh

    Foto2nya bikin ngiler dot kom hehehe… bening2!

  14. 0
    17 December 2010 13:12:56

    sony wu

    cool…. sy mau backpack ke ambon tgl 23 des ini. mo nyoba snorkeling n diving bisa hub siapa ya??

  15. 0
    8 March 2011 17:02:17

    Iman

    Nama Pantai di kilang itu Nanseri Mas Iman 😀 salam Kenal kalo lain kali ada kembali ke Ambon. boleh tuh minta foto2nya yang ciamik 😀

Latest

About

Dunia Laut berisi kumpulan cerita dan foto-foto tentang kekayaan alam hayati lautan Indonesia.

Blog ini dikelola oleh Iman Brotoseno, PADI Dive Instructor.

© Dunia Laut. Design by Muhammad Zamroni.